Harga
Buku Mahal, itu Hanya Alibi
Ada kalanya anda harus break sejenak dari kesibukan anda dan mengetahui sesuatu yang
baru-baru ini terjadi di Indonesia. Bangsa kita.
Selain Pasangan
ganda campuran Indonesia Debby Susanto dan Praveen Jordan merayakan kemenangan
pada final ganda campuran di kejuaraan bulutangkis All England di Barcalycard
Arena, Birmingham, pada 13 Maret 2016, Indonesia pun masuk 20 besar negara
penerbit buku terbanyak di seluruh dunia.
Sudah
menjadi rahasia umum jika penjualan buku di Indonesia terbilang sedikit. Alasan
yang selama ini beredar adalah keluhan perihal mahalnya harga buku sehingga
membuat minat baca di Indonesia sangat rendah. Padahal, BUKAN ITU MASALAHNYA.
Pada tahun 2011, UNESCO merilis hasil survei budaya membaca
terhadap penduduk di negara-negara ASEAN. Faktanya sungguh membuat
kita miris. Budaya membaca Indonesia berada pada peringkat paling
rendah dengan nilai 0,001. Artinya, dari sekitar seribu
penduduk Indonesia, hanya satu yang masih memiliki budaya membaca tinggi.
Indonesia masih terdapat fenomena pengganguran intelektual karena minat membaca
masyarakatnya masih dikatakan rendah. Berdasarkan survei yang dilakukan
oleh International Education Achievement (IEA) pada awal tahun
2000 menunjukkan bahwa kualitas membaca anak-anak Indonesia menduduki urutan ke
29 dari 31 negara yang diteliti di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika.Dengan
demikian tidaklah mengherankan bila Indeks kualitas sumber daya manusia (Human
Development Index/HDI) di Indonesia juga rendah. Hal ini sesuai
dengan survei yang dilakukan oleh UNDP pada tahun 2005 bahwa HDI
Indonesia menempati peringkat 117 dari 175 negara (Library Perbanas).
Coba
kita lihat, kita rela duduk berjam-jam di sebuah kafe setarbak, menikmati kopi
yang harganya cukup untuk membeli satu buah kaos, ngobrol ngalur ngidul dengan
kerabat, dan itu kita lakukan berkali-kali tanpa merasa rugi sekalipun. Mungkin
ada suatu hal yang dipertaruhakan. Tidak lain sebuah “Gengsi” atau kita rela
membeli gadget yang harganya mencapai sebuah harga motor baru. Tapi kenapa kita
mengeluh akan harga buku yang mahal? Padahal isi dari buku tersebut dapat
mengubah cara pandang kita dalam menyikap hidup atau bahkan menambah banyak
pengetahuan untuk pembaca itu sendiri. Harga buku pun rata-rata Rp80.000 untuk
buku dengan ±250 halaman.
Jika
dibandingkan dengan minat baca buku di Jepang, Perbedaan budaya tersebut yang
membedakan Jepang dan Indonesia, budaya membaca
orang-orang jepang tidak dipungkiri mampu membawa Jepang menjadi negara yang
jauh lebih maju dibanding Indonesia. Tingkat kemajuan membaca masyarakat
Indonesia sangat rendah dibanding dengan Negara-negara lainnya,ini dapat
dilihat dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia
lebih memilih menggunakan waktu luangnya untuk pergi berbelanja ke mall, dan
lain sebagainya dibanding dengan mengisi
waktu luang mereka untuk membaca buku di perpustakaan,sedangkan masyarakat
Jepang menggunakan waktu luang mereka untuk membaca buku. Masyarakat Jepang
tidak hanya membaca buku diperpustakaan tetapi juga mereka terbiasa membaca
buku di kendaraan umum,kebiasaan yang sungguh jauh berbeda dengan masyarakat
Indonesia.
Tapi lucunya adalah, dengan gaya hidup orang Indonesia yang terbilang
mewah, rela nongkrong di tempat-tempat mahal, makan makanan yang harganya
selangit tapi dengan porsi yang sedikit, kopi yang rasanya sama saja tapi
harganya puluhan kali lipat lebih mahal dari kopi warung. Tapi ketika hendak
membeli buku dan melihat label harganya, mereka mengeluarkan argumen “Bukunya
mahal.” Harga buku mahal? Itu hanya ALIBI.
Yuk benahi negeri ini dengan membenahi diri kita terlebih dahulu.
Salam Guepedia, Salam Revolusi :)
makasih atas infonya, dan jangan lupa kunjungi website kami http://bit.ly/2NbLl5k
BalasHapus